Letak Geografis

Kelurahan Jaraksari yang terletak di sebelah timur dari ibukota Kabupaten Wonosobo dengan luas wilayah : 182,504 ha, terletak 0,5 km dari Ibukota Kecamatan Wonosobo dan 1,5 km dari  pusat pemerintahan,  dan berjarak 120 km dari ibukota  Propinsi Jawa Tengah dan 520 km dari ibukota negara, dan berada 250 dpl - 2.250 dpl. (ketinggian +   772 m dpl.) dengan letak astronomis 7 .11.20" sampai 7.36'24 " LS  serta 109.44'.08" sampai  110.04'32" BT                                                                                                                                                  

Batas Wilayah                                                                                                                                    

1. Sebelah Utara              : Kelurahan Pagerkukuh dan Kelurahan Wonosobo Timur                                           

2. Sebelah Timur             : Kelurahan Kramatan dan Desa Wonolelo                                                            

3. Sebelah Seletan           : Kelurahan Tawangsari dan Desa Wonolelo                                                         

4. Sebelah Barat              : Kelurahan Wonosobo Barat, Kelurahan Mlipak dan kelurahan sambek

Luas Wilayah

Unggulan dan Potensi Kelurahan Jaraksari

• Desa Wisata Sruni. Desa ini terletak di Desa Sruni Kelurahan Jaraksari Kecamatan Wonosobo yang dikelola oleh Pokdarwis Mijil Wasesa. Potensi yang ada di Desa wisata Sruni berupa tradisi larung sukerto yang bemakna membuang segala masalah yang dikembangkan, dengan menghanyutkan sesaji ke sungai Semagung. Tradisi ini sudah dilakukan secara turun temurun setiap malam 1 Suro tepatnya pukul 00.00 di Tempuran sungai Semagung.

• Alat Musik Bundengan. Bundengan adalah alat musik dari kelopak ruas bambu yang diberi senar dan bilah bambu, merupakan jenis alat musik aneh karena memiliki bentuk fisik yang tak memperlihatkan sebagai alat musik, namun lebih menyerupai tempat sampah alias engkrak ataupun kowangan, yaitu caping yang biasa digunakan untuk berteduh  sontoloyo alias bocah tukang angon bebek.   penemu musik bundengan ini adalah Barnawi, yaitu sosok lelaki yang sedari kecil telah akrab dengan kuda kepang dan juga tari lengger. Awalnya Barnawi menyebut alat musik ini dengan nama Kowangan, karena memang mirip dengan caping besar. Kowangan adalah nama sebuah caping besar dan bentuknya juga memanjang, biasa dikenakan oleh para penggembala itik sebagai alat berteduh dari terik matahari dan derasnya air hujan.     Hanya saja, seiring waktu akibat latarbelakang perpaduannya sebagai pengiring seni panggung, alat musik ini lebih dikenal dengan istilah bundengan.

• Mie Ongklok. Mie Ongklok diciptakan oleh Muhadi, seorang juru masak di sebuah warung mie di Kelurahan Jaraksari, Wonosobo. Nama "Ongklok" berasal dari alat yang digunakan untuk memasak mie, yaitu keranjang anyaman bambu kecil. Mie Ongklok memanfaatkan potensi alam Wonosobo, seperti kol, selada air, dan kucai yang melimpah di daerah tersebut. Penggunaan "ongklok" dalam proses memasak menjadi ciri khas mie ini, sehingga nama "Mie Ongklok" melekat erat dengan hidangan tersebut. Mie Ongklok telah menjadi bagian penting dari warisan kuliner dan budaya Wonosobo. Secara keseluruhan, Mie Ongklok bukan hanya sekadar hidangan mie, tetapi juga mencerminkan kekayaan alam dan tradisi kuliner Wonosobo. 

• Festival Balon Udara. Sudah 2 tahun ini Kelurahan Jaraksari ikut memeriakan kegiatan tahunan Kabupaten Wonosobo yaitu festival mudik lebaran dengan kegiatan utamanya festival balon udara. Festival balon udara ini menjadi salah satu ikon kegiatan pemuda Kelurahan Jaraksari